RSS

Critical Eleven

25737077.jpgMembaca buku ini sebenarnya tantangan tersendiri buatku. Tidak mudah membuka kembali luka lama yang sudah tertutup karena kebetulan cerita di buku ini memiliki kesamaan dengan episode hidupku.

Ale dan Anya digambarkan sebagai pasangan muda yang sudah hidup mapan dan bahagia, ketika pada suatu ketika mereka harus melalui masa sulit bersama. Seperti umumnya pernikahan, pasti seperti naik roller coaster, tantangan apapun kalau dijalani dengan ikhlas bisa dilalui dengan baik. Ale dan Anya sudah berhasil melalui pernikahan jarak jauh karena pekerjaan Ale di perusahaan minyak membuatnya harus bolak balik ke rig di luar negri. Tapi cobaan berikutnya jadi lebih sulit setelah mereka terpaksa kehilangan anak pertama yang sudah dinanti.

Peristiwa pedih yang mereka alami ternyata harus menjauhkan mereka. Di sinilah letak inti cerita buku ini, bagaimana cara mereka terjerat dengan kenangan, mencoba terlihat tegar, dan berusaha untuk tetap terlihat utuh. Padahal tidak. Kenyataannya mereka harus bersandiwara di depan keluarga dan sahabat-sahabat mereka. Anya menjauhi Ale karena sakit hati atas ucapan Ale yang seperti menyalahkan Anya. Ale pun digambarkan masih sangat mencintai istrinya meski sudah matigaya karena didiamkan Anya berbulan-bulan.

Semua orang punya cara untuk berduka, begitu pula Ale dan Anya. Penggambaran karakter keduanya terlihat manis di buku ini, tapi masih sebatas kulit luarnya saja. Anya digambarkan sebagai wanita mandiri yang kuat, dan tetap aktif, padahal sebenarnya kemana-mana selalu bawa baju mendiang bayinya, dan sering tidur di kamar bayi Aidan. Ale malah digambarkan pria yang tegar tapi lembut hati, bahkan tidak berani melongok ke dalam kamar bayi sejak mereka kehilangan Aidan. Tapi jujur, sebenarnya kesedihan seorang ibu yang kehilangan anaknya setelah hamil hampir 4 bulan ngga cukup dengan hanya menatap baju-baju mungil. Kehilangan bayi beberapa minggu akan beda rasanya dengan kehilangan bayi yang lewat trisemester. Kurasa penulis novel seharusnya bisa lebih berhasil menggali sisi emosi dan kerepotan pasca melahirkan  Anya sebagai ibu lewat riset mendalam dari seorang ibu yang pernah kehilangan bayi.

Lalu, yang kurang dari buku ini mungkin lebih ke bagaimana akhirnya mereka saling menguatkan satu sama lain. Sampai akhir cerita kayaknya ngga sempat diceritakan prosesnya, padahal menurutku ini hal penting juga. Semua orang tahu kalau kehilangan anak pasti sedih dan pedih, tapi kurang digambarkan bagaimana cara Anya akhirnya yakin bisa percaya lagi pada Ale, kurasa tidak cukup dari nasehat sekilas dari sahabatnya, “Nya, orang yang membuat kita paling terluka biasanya adalah orang yang memegang kunci kesembuhan kita.”. Yah masa sesederhana itu sih?

Critical elevenadalah 11 menit paling kritis dalam pesawat, yakni 3 menit setelah take off dan 8 menit sebelum landing, karena secara statistik 80% kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. Penulis novel ini, Ika Natassa, mengambil analogi menit itu untuk pertemuan dan perpisahan tokoh utama Ale dan Anya. Berhasilkah mereka menyelamatkan pernikahan mereka? Baca sendiri aja ya.

Aku berharap di filmnya nanti akan lebih fokus pada penggambaran watak Ale dan Anya, bagaimana cara mereka menampilkan sisi emosi dan konflik batin sebagai suami istri, dan juga sebagai pasangan yang batal jadi orangtua. Semoga filmnya jauh-jauh dari penggambaran ga perlu semacam betapa mewah jamnya Ale, hadiah cincin berlian, dan segala macam yang sifatnya tempelan.

 
Leave a comment

Posted by on December 9, 2016 in Buku

 

The best chemistry in movies

Actors (male and female) with the best chemistry in movies, in no particular order.

  1. The Best Exotic Marigold Hotel (2012)  : Judy Dench and Bill Neighy
  2. Silver Linings Playbook (2012): Bradley Cooper and Jennifer Lawrence
  3. Song for Marion (2012): Terence Stamp & Vanessa Redgrave
  4. Mr. and Mrs. Smith (2005) : Angelina Jolie and Brad Pitt
  5. The Judge  (2014): Robert Downey Jr. and Robert Duvall
  6. Salmon Fishing in the Yemen (2011): Ewan McGregor and Emily Blunt
  7. Love Actually : Hugh Grant & Martine McCutcheon
  8. The Bridges of Madison County (1995) : Meryl Streep and Clint Eastwood
  9. The Sound of Music (1965) : Julie Andrews and Christopher Plummer
  10. The King and I (1956) : Yul Bryner andDeborah Kerr
  11. Jane Eyre: Michael Fassbender and Mia Wasikowska
  12. The Iron Lady (2011) : Merryl Streep and Jim Broadbent
  13. The Girl in the Cafe (TV movie 2005) : Bill Nighy, Kelly Macdonald
  14. We Bought a Zoo (2011) : Matt Damon and Scarlett Johansson
  15. How to Lose a Guy in 10 Days (2003) : Kate Hudson and Matthew McConaughey
  16. We’re the Millers (2013): Jason Sudeikis and Jennifer Aniston
 
Leave a comment

Posted by on January 12, 2015 in Uncategorized

 

Mamomics : Curhatan Emak-emak dalam Komik

mamomicsJudul: Curhatan Emak-emak dalam Komik
Penulis: Mamomics
Penyunting: Juliagar R. N
Ilustrator: Mamomics
Penata Letak: Andipa Sandy
Desain cover: Ticks
Diterbitkan pertama kali oleh: Anak Kita
Paperbacks, 116 halaman
Cetakan pertama: 2013
ISBN: 978-602-286-002-0
Genre: Parenting, Komik, Aktual, Spiritual
Harga: IDR 27.700

Mamomics adalah kumpulan komik dari emak-emak (atau calon ibu) yang gemar mengomik. Mulanya aku gabung di fan page mereka (http://www.facebook.com/Mamomics), dan sesekali aja kontribusi gambar di sana. Senang sekali akhirnya para moderatornya menerbitkan buku ini, aku harap masih akan ada seri kisah lainnya, seperti halnya kategori gambar yang ada di fan page mereka.

Buku ini bisa dikatakan mewakili suara ibu yang memiliki balita/di bawah 12 tahun. Jadi ceritanya seputar kejadian sehari-hari yang dialami para ibu– haru, seru, dan kebanyakan sih cerita lucu karena melihat tingkah polah anak-anak kadang memang penuh kejutan :)

Meski gambar-gambarnya mungkin sederhana dan tidak berwarna, tidak mengurangi sedikitpun kekuatan pesan yang dibawakan untuk pembaca. Semua orang bisa menikmati kisah-kisahnya.

Menyenangkan membaca kisah 5 komikus (Dydy,Harlia,Andriani,Dyotami dan Lia) yang berkolaborasi di buku ini. Bagiku yang baru akan menjadi ibu, cerita di dalamnya mungkin dapat mengambil pelajaran dari pengalaman mereka. Bagi yang sudah jadi ibu dengan anak-anak sepantaran, mungkin serasa membaca pengalaman pribadi. Bagi ibu dengan anak yang sudah dewasa, mungkin bisa jadi bahan nostalgia.

 
Leave a comment

Posted by on November 21, 2013 in Buku

 

Workshop Indonesia Readers Festival 2013

Jadwal workshop menarik di #IRF2013 7-8 Des 2013

Festival Pembaca Indonesia 2021

Rasanya gemas sekali melihat orang lain bisa menulis fiksi, menerjemahkan cerita berbahasa asing, membuat komik atau mendongeng. Bahkan mereka mendapatkan penghasilan dari sana. Duh, makin tambah iri saja deh. Hei, stop gigit jari, apalagi sampai frustasi. Kalau mereka bisa, kalian juga pasti bisa! Bagaimana caranya?

Ikut kelas workshop di Indonesia Readers Festival 2013 , tanggal 7 – 8 Desember 2013 di Museum Bank Mandiri, Kota Tua Jakarta.

 Kalian akan bertemu dengan para praktisi yang benar-benar mengawali kesuksesan mereka dari nol. Tidak sekadar berbagi teori, lewat sebuah pelatihan kecil, mereka akan membantu kalian untuk mewujudkan ide-ide segar yang selama ini masih terkunci di laci imajinasi.

Catat jadwalnya, daftarkan diri, dan datang!

JADWAL WORKSHOP INDONESIA READERS FESTIVAL 2013

1. MENERJEMAHKAN NOVEL POPULER ( Poppy D. Chusfani)

Sabtu, 7 Desember 2013, Pukul 10.00-12.00 WIB, Ruang Penghargaan Museum Bank Mandiri Jakarta.

Namanya ada di balik penerjemahan buku laris karya penulis terkenal, seperti Roald Dahl…

View original post 1,066 more words

 
Leave a comment

Posted by on November 15, 2013 in Uncategorized

 

IRF 2013 tampil BEDA!

Festival Pembaca Indonesia 2021

Sejak diumumkan bahwa IRF 2013 akan diadakan pada bulan Desember 2013, kami banyak sekali menerima pertanyaan di twitter, facebook maupun email, “kenapa acaranya cuma satu hari?”

Nampaknya ada begitu banyak teman-teman yang mengharapkan IRF 2013 bisa diperpanjang waktu pelaksanaannya.

Setelah mendiskusikan kemungkinan-kemungkinan ini bersama seluruh moderator Goodreads Indonesia dan para panitia IRF 2013, maka kami dengan bangga menyampaikan bahwa IRF 2013 akan diadakan selama 2 (dua. Iya, DUA!!) hari pada tanggal 7-8 Desember 2013, teman-teman semuanya!

Dan untuk mengakomodir pelaksanaan dari keputusan ini, kami akan memindahkan lokasi acara di Museum Bank Mandiri di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat.

Jika teman-teman semua sudah membaca postingan kami yang berjudul 5 alasan kenapa kamu HARUS datang ke Festival Pembaca Indonesia 2013, maka kami dengan berbahagia menambahkan satu lagi alasan untuk teman-teman semua hadir di IRF 2013: Karena semua keseruan itu di tahun ini akan diadakan selama dua hari!

Karena Festival Pembaca…

View original post 46 more words

 
Leave a comment

Posted by on November 14, 2013 in Uncategorized

 

Denah Peserta Pameran #IRF2013

Denah Peserta Pameran #IRF2013 http://wp.me/p17hi4-bh via @bacaituseru . Stand C1: @kelontongsihir / @indoharrypotter; C2: @IndoHogwarts B8: Eorlingas

Festival Pembaca Indonesia 2021

Halooo, apa kabar semua?

Berikut ini adalah denah dari peserta pameran (deret warna biru) di IRF 2013 yang akan diadakan pada tanggal 7-8 Desember di Museum Bank Mandiri, Jakarta Barat.

Denah MBM

A1-A2: Blog Buku Indonesia
A3: Rumah Cerdas Kreatif
A4: Available
A5: Love Books A Lot
A6-A7: Pemburu Singa Mati
B1-B2: The Mortal Instrument Indonesia
B3: Pionir Books
B4 : Westeros ID
B5: Forum Lingkar Pena Jakarta
B6: Instanusantara Jakarta
B7: NarniaIndo
B8: Eorlingas
C1: Kelontong Sihir/Indo Harry Potter
C2: IndoHogwart
C3: Cakrawala Gelinjang
C4: Available
D1: Serapium
D2: Autographed Books
D3: Literature Nusantara
Posting ini akan selalu diupdate untuk memberitahu perkembangan terbaru mengenai jumlah dari peserta pameran.
Nah, cuma tinggal 2 booth lagi yang tersisa!
Ayo, siapa cepat, dia dapat!!
Ikuti terus update terbaru mengenai #IRF2013 di linimasa @bacaituseru.

View original post

 
Leave a comment

Posted by on November 14, 2013 in Uncategorized

 

Nonbar Eorlingas: “The Hobbit: The Desolation of Smaug”

Movie Screening “The Hobbit: The Desolation of Smaug”
with Eorlingas: Indonesian Tolkien Society

nonbareorlingas

Penantian telah berakhir. Dalam hitungan minggu sang naga akan kembali menyulut layar lebar dengan semburan apinya. Apakah kamu akan jadi salah satu dari 300 Rohirrim yang jadi saksi kepulangannya?

Ikuti nonton bareng The Hobbit: The Desolation of Smaug bersama Eorlingas: Indonesian Tolkien Society pada Desember 2013 (hari dan jam menunggu pengumuman resmi Warner Bros. Pictures Indonesia).

Hanya tersedia 300 seat untuk para pendaftar tercepat.

HTM Rp 100.000 sudah termasuk minuman, popcorn, dan goody bag berisi merchandise, serta kesempatan memenangkan hadiah untuk cosplay terbaik dan doorprize.

Periode pendaftaran 28 Oktober – 8 November 2013.

https://www.youtube.com/watch?v=5Hgw6GR9RNo

Pantau terus media sosial Eorlingas untuk info selanjutnya:
http://www.facebook.com/Eorlingas.Id
http://www.twitter.com/Eorlingas_Id
http://councilofeorl.blogspot.com/

That, my lad, is a dragon. Are you ready to hear him roar?

*Flyer designed by Narvi Mita Yudoyono
*Teaser video made by Stride Dwipurnama Mahendra

 
Leave a comment

Posted by on October 22, 2013 in Event

 

Orang-orang Tanah

Category: Books
Genre: Fantasy
Author: Poppy D Chusfani

Orang-Orang Tanah

Orang-orang Tanah
by Poppy D Chusfani
Sampul & Ilustrasi dalam: Anne M Oscar
Kumpulan Cerpen
Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, Agustus 2013
199 hlm
ISBN139789792283983

Don’t judge the book by its cover. Warning nih bagi kalian yang biasa terkecoh dengan sampul buku. Karena dibalik manisnya warna buku ini sebenarnya berisi cerita yang mungkin kelam dan mencekam. Sekali lagi, meski warna buku ini sengaja bernuansa ‘whimsical’ oleh ilustratornya, ini bukanlah buku anak-anak yang berisi cerita peri dan bidadari.

Ini buku fantasi buat orang dewasa, tentang kefanaan, perjuangan dan pembalasan dendam. Semua kisah kelam dalam hidup kadang mulanya juga tidak terlihat seram, bukan? Butuh ketelitian memperhatikan pertanda, dan sampul buku ini mewakilinya lewat pohon yang menyimpan rahasia dan bahaya.

Penulis buku menunjukkan kecintaannya pada genre fantasi dan membungkusnya dengan gaya cerita berbeda. Dalam setiap bab dalam kumpulan cerita ini pembaca disuguhi cerita yang tidak berkaitan, dan semua penuh kejutan, kita bebas mulai baca dari bab yang mana.

Ada 9 kisah dalam buku ini yaitu Jendela; Pelarian; Pondok Paling Ujung; Bulan Merah; Dewa Kematian; Pintu Kembali; Lelaki Tua dan Tikus; Sang Penyihir serta Orang-orang Tanah.

Dari semua cerita, Pondok Paling Ujung adalah kisah yang paling membuatku merasa seru seram sendiri. Ketegangan dalam cerita ini begitu terasa, aku sampai merasa ada di samping tokoh cerita dan gemas ingin ikut membantu.

Dan tentu saja aku suka cerita Orang-Orang Tanah, tentang usaha seorang gadis kecil untuk tetap melindungi orang-orang yang ia sayangi dari campur tangan wanita asing, kekasih ayahnya  sendiri.

Di Indonesia kurang banyak rasanya buku fantasi dengan cerita misteri dan mencekam seperti ini. Aku senang, buku ini akhirnya ada untuk memperkaya genre yang sepi.

Mau tahu review pembaca buku ini? Click link Goodreads di sini.
Link buku ini ke website Gramedia

 
Leave a comment

Posted by on September 28, 2013 in Buku

 

The Croods (2013)

Summary:

Petualangan seru keluarga manusia gua yang harus berpindah tempat dan meninggalkan gua mereka karena peristiwa alam dengan bantuan seorang anak lelaki tak dikenal

Directors: Kirk De Micco, Chris Sanders
Writers: Chris Sanders (screenplay), Kirk De Micco (screenplay),
Stars: Nicolas Cage, Ryan Reynolds, Emma Stone

Anne’s review:

croodsAku suka film ini! Film keluarga yang kukira bakalan so-so aja jalan ceritanya, ternyata bisa dibilang bisa menyaingi Ice Age dari segi cerita dan idenya.

Kreatif, mungkin karena di film ini ada teknologi masa kini yang diaplikasikan pada zaman batu, dan banyak penampakan mahluk purba yang masih campuran hewan di dunia. Penonton diajak membayangkan saat evolusi hewan di masa itu yang masih berjalan, meski tentu saja, karena ini film animasi keluarga,  dibuat sedikit ngaco dan menghibur.

Nicolas Cage, Emma Thomson dan Steve Tyler (!) ikut mengisi suara dalam film ini.

 
Leave a comment

Posted by on September 28, 2013 in Film

 

A Late Quartet (2012)

A Late Quartet

“What are we to do?” Peter asks his class, taking more than one too many rhetorical pauses of his own. “Stop? Or are we to struggle, to continually adjust to each other to the end, if we are out of tune?”

Summary:
A Late Quartet (dirilis di Australia dengan judul film ‘Performance’) adalah film drama Amerika yang ditulis (bersama Seth Grossman), diproduseri, dan disutradarai oleh Yaron Zilberman. Film ini menampilkan permainan musik kamar Brentano String Quartet dan lagu Beethoven’s Op. 131.

Intinya tentang kehidupan para pemain Quartet alat musik gesek yang harus berjuang untuk tetap saling mendukung, meskipun dibayangi perpisahan, kesedihan, dan masalah pribadi.

Director: Yaron Zilberman
Writers: Seth Grossman, Yaron Zilberman
Stars: Philip Seymour Hoffman, Christopher Walken, Catherine Keener

Anne’s Review

Seperti biasa, aku suka memberi surprise pada diri sendiri. Begitupula saat memilih untuk menonton film ini tanpa googling dan mencari tahu review film ini. Hanya karena membayangkan Christopher Walken bermain musik klasik begitu menggoda, aku berani ambil resiko :)

Film ini cocok buat ditonton di hari yang tenang saat libur, sudah mandi, bebas deadline kerjaan, karena memang film ini mungkin buat sebagian orang akan terasa membosankan mengingat musik yang diperdengarkan dan dialog yang ada menyinggung musik klasik.

Tapi ternyata nonton film ini ngga berhasil membuatku mengantuk dan bosan. Malah aku jadi penasaran karena permasalahan cerita bukan hanya ditemui di satu tokoh grup Quartet bernama The Fugue ini, tapi semua anggotanya punya masalah beragam dan ternyata saling berkaitan, dan mengancam kelangsungan Quartet ini.

Zilberman mengemas ceritanya dengan manis dan rapi. Di awal film penonton akan bertanya-tanya pada maksud isi kuliah yang disampaikan Peter Mitchell pada murid-murid kelas musiknya. Ternyata setelah mengikuti film ini sampai selesai, aku baru sadar bawa pertanyaan kuliah itu adalah metafora untuk menggambarkan isi film ini.

Christopher Walken bermain sebagai Peter Mitchell yang divonis mengidap Parkinson dan masih berkabung atas kematian istrinya, Miriam (diperankan sebagai cameo oleh penyanyi mezzo-soprano terkenal, Anne Sofie von Otter, yang juga menyanyikan lagu Marietta’s Song di film ini).
Philip Seymour Hoffman sebagai Robert Gelbart digambarkan sedang gundah dengan posisinya yang seolah selalu dinomorduakan, juga sedang menghadapi krisis perkawinan.
Catherine Keener sebagai Juliette Gelbart, istri Robert yang kecewa dengan suaminya,  bersimpati pada Peter, dan dijauhi putrinya sendiri.
Mark Ivanir sebagai Daniel Lerner, pesaing utama Robert, guru biola Daniela (anak Robert+Juliette) yang jatuh cinta pada muridnya sendiri.

Film yang tidak biasa, musik yang luar biasa, dialognya menarik dan cerdas, sayangnya Christopher Walken kurang bermain maksimal.

 
Leave a comment

Posted by on March 25, 2013 in Film